Menghargai Sejarah Bangsa Lewat Musik

Posted: Juni 12, 2008 in Musik

Jakarta– Ada apa sih, kok ramai sekali kayak pawai tujuh belasan, bulan Agustus kan masih lama,” kata Udin, seorang pedagang asongan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/3). Tidak hanya Udin, masyarakat yang berada di kawasan silang Monas, Jalan Cut Nyak Dien, hingga Jalan Imam Bonjol juga tampak bingung ketika mobil kuno keluaran Jerman diiringi ratusan pengendara sepeda onthel beratribut lengkap seperti pejuang kemerdekaan masa lalu melintas di jalan itu.

Rasa penasaran masyarakat semakin menjadi ketika penyanyi dan pembawa acara kawakan, Kris Biantoro yang berseragam militer lengkap ala serdadu di masa penjajahan Jepang meneriakkan pekik “Merdeka, Merdeka” dari mobil kuno yang ditumpangi.

Peringatan kemerdekaan 17 Agustus 2008 memang baru akan berlangsung empat bulan mendatang. Namun, Kris Biantoro bersama sejumlah orang yang peduli dengan sejarah bangsa ini, mencoba mengingatkan kembali semangat kebangsaan lewat acara sarasehan kebangsaan dan budaya bertajuk “Napak Tilas Perjalanan Musik Indonesia” di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta. Kirab mobil kuno, dan ratusan sepeda onthel yang di awali dari kawasan Monas menuju museum merupakan acara pembukaan rangkaian sarasehan kebangsaan.

Hadir dalam acara itu, sejumlah artis berbagai era, dari era 50-an hingga sekarang seperti Titiek Puspa, Bob Tutupoli, Grace Simon, Beny Panbers, Eros Djarot, dan Peggy Melati Sukma. Selain itu, juga terlihat perwakilan keluarga musisi Ismail Marzuki, dan pengusaha Martha Tilaar.

Menurut Kris, kekuatan suatu bangsa terletak pada pemahaman masyarakat terhadap budaya dan perjalanan bangsanya. Ketidaktahuan akan budaya menyebabkan masyarakat kehilangan jati diri.

“Belum lagi, pengaruh globalisasi budaya dunia yang mengakibatkan tumbuhnya gaya hidup instan, dan tidak menyediakan tempat bagi tumbuhnya budaya lokal dan nasional,” kata pria yang baru merayakan ulang tahun ke-70 pada 17 Maret.

Pelantun tembang Dondong opo Salak itu mengungkapkan, pencurian lagu Rasa Sayange oleh Malaysia merupakan akibat dari ketidaktahuan bangsa Indonesia atas budaya sendiri pada umumnya dan sejarah musik Indonesia pada khususnya. Sebab itu, pada kesempatan sarasehan kebangsaan, Kris mengajak seluruh komponen bangsa, khususnya pemuda untuk memiliki kepedulian terhadap karya musik tempo dulu.

Banyak musisi tempo dulu yang menghasilkan karya-karya berkualitas dan sangat produktif. Komposer Ismail Marzuki contohnya. Tokoh musik kelahiran Betawi itu mampu menciptakan lebih dari 200 lagu dalam kurun waktu 27 tahun (1931 – 1958).

Menanggapi minimnya apresiasi terhadap karya musik masa lalu, Budayawan Romo Beny Susetyo Pr mengatakan, hal itu disebabkan karena karya masa lalu tidak pernah dipublikasikan dan tidak pernah dikemas menjadi sesuatu yang cocok dengan anak zamannya. “Bangsa kita selalu menghilangkan nilai sejarah dalam hidupnya, sehingga karya masa lalu dianggap usang,” ujarnya.

Menurutnya, negara lain seperti Belanda, melihat masa lalu sebagai suatu yang dikenang sebagai peradaban. Karena kecintaan pada peradaban, Belanda mampu melestarikan karya musisi masa lalu, termasuk dari bekas jajahannya. “Lagu kita tidak pernah menjadi milik bangsa ini, karena kita paling lemah untuk menyimpan, memelihara dan menjaga mengarsipkan, itu kelemahannya,” tegasnya.

Benny menyebut, karya musik periode tahun 1945 dikenal memiliki semangat heroik perjuangan. Lagu menjadi sarana perjuangan mewujudkan kemerdekaan, tetapi tahun 1960-an lagu-lagunya adalah lagu pemberontakan, karena zamannya antikemapanan, lagu pendek yang memberikan perlawanan. Memasuki tahun 1990 lebih melankolis karena cinta dijadikan gambaran romantisme.

“Setiap lagu punya periode anak zamannya, dan ketika periode anak zaman itu tidak pernah ditata kita akan kehilangan konteks sejarahnya karena lagu menggambarkan konteks zamannya,” ujarnya.

Sumber : http://www.melayuonline.com
Kredit foto : http://www.streetdirectory.com (photo: Wisnu)

Komentar
  1. iraf berkata:

    salam nusantara!menggila maya!
    salam kenal,,tulisan dan blog anda sangat bagus,saya harap dapat terus di pertahankan.saya mengundang anda untuk menyaksikan pertunjukan phantom of the traditional opera kami,tetap berkarya!tetap berjuang!

    PERSEMBAHAN WORLD MUSIC

    “ THE PANTHOM OF THE TRADITIONAL OPERA”

    3 JULI 2008, PKL 20.00 WIB sd Selesai

    GRAHA BAKTI BUDAYA, TAMAN ISMAIL MARZUKI ( TIM )

    SEBUAH PAGELARAN MUSIK ANAK BANGSA YANG MENGKOLABORASIKAN INSTRUMEN TRADISIONAL

    INDONESIA DAN MANCANEGARA,SEPERTI : ( Talempong, Sitar India,Erhu, Kecapi, Saluang , Ghu zheng , Bonang , Didgeridu , Seronen , Kong Ah Yan , Rebab , Juga alat alat Musik modern dan lain sebagainya )

    MAHAGENTA MEMBERI WACANA BARU BAGI PENDENGAR DAN PENIKMAT SENI KHUSUSNYA MUSIK BAHWA ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA MAMPU MEMAINKAN KARYA YANG MEGAH DAN FENOMENAL ITU ( PANTHOM OF THE OPERA ) , SEPERTI APA JADINYA KOLABORASI ITU???. KAMI TUNGGU KEHADIRAN ANDA…….

    SALAM BUDAYA

    TIKET : INDRI : 021 681 31 559 / 0817 640 1975

    GBB / DENY / YUDY : 021 319 34740

    Menggila maya!

  2. d220887 berkata:

    Salam Nusantara Juga..

    salam kenal,,tulisan dan blog anda sangat bagus,saya harap dapat terus di pertahankan.saya mengundang anda untuk menyaksikan pertunjukan phantom of the traditional opera kami,tetap berkarya!tetap berjuang!

    Salam Kenal kembali..Terima KAsih atas apresiasi anda terhadap blog saya…Namun saya tidak bisa memenuhi undangan anda , karena saya tinggal di luar Jakarta. Memang sangat menarik hati saya persembahan tersebut..karena saya juga menggemari musik etnik..Namun Bisakah anda mengupload record acaranya di Youtube..sehingga saya dapat menonton acara tersebut..Terima kasih

  3. iraf berkata:

    salam nusantara!menggila maya!
    terima kasih atas semua nya ya..ya mungkin lain waktu bisa menyaksikan pertunjukkan kami.ya mudah mudahan saya bisa kirim nanti recordnya ya….
    terus berjuang!terus berkarya!

    menggila maya

Tinggalkan Balasan ke iraf Batalkan balasan